Penanggulangan Bencana Bagi OYPMK Dan Disabilitas


Temanis.com - Bencana alam menjadi hal yang tidak dapat dihindari, setiap tahun banyak terjadi bencana alam seperti tanah longsor, kebanjiran, kebakaran hutan, tsunami dan yang terbaru gempa bumi yang melanda tanah jawa yaitu di kota Cianjur. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sejak awal tahun sampai awal November 2022 sudah ada sekitar tiga ribu peristiwa bencana alam di seluruh Indonesia. Update data bencana gempa Cianjur pertanggal 29 November 2022 menurut website Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) korban meninggal dunia menjadi 327 orang. Korban hilang 13 orang, luka berat yang berada di Rumah Sakit Cianjur berjumlah 68 orang, total pengungsi 108.720 orang dengan rincian 52.987 pengungsi laki-laki dan 55.733 pengungsi perempuan yang berada di 39.985 titik pengungsian. 

Bencana alam tidak memilih korban siapapun bisa menjadi korban bencana alam baik disabilitas dan non disabilitas. Jika korban non disabilitas penanganannya tidak sesulit disabilitas. Seperti apa penanganan terhadap Orang Yang Pernah Menderita Kusta (OYPMK), disabilitas yang terdampak bencana. Tanggal 29 November 2022 Berita KBR dan NLR Indonesia mengadakan talkshow bersama host favorit KBR Rizal Wijaya dan narasumber  Drs. Pangarso Suryotomo (Direktur Direktorat Kesiapsiagaan BNPB), Bejo Riyanto (Ketua Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta (PELITA), Disabilitas Terdampak Bencana. Dengan judul “Penanggulangan Bencana Inklusif Bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas.


Perlunya Edukasi Mengadapi Bencana 

Non disabilitas masih banyak yang menjadi korban bencana karena ketidaksiapan dalam menghadapi bencana, termasuk juga disabilitas dan OYPMK, seperti Bejo Riyanto/Bejo Joss (Ketua Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta (PELITA), PELITA didirikan tahun 2016 yang juga fokus mengenai stigma terhadap kusta. Setelah paska bencana ada juga organisasi relawan yang anggotanya dari difabel atau disabilitas dengan nama DIFAGANA atau difabel siaga bencana. 

Difagana aktif bergerak menyalurkan bantuan bagi masyarakat yang terdampak pandemi sampai membantu vaksinasi Covid-19 di DI Yogyakarta. Difagana ini membuat aplikasi mitigasi dan panduan kebencanaan bagi difabel bernama Difgandes. Sebutan Difgandes merupakan kepanjangan Difagana Emergency System.

Bejo Riyanto/Bejo Joss (Ketua Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta (PELITA) terdampak bencana ini berasal dari Bantul adalah disabilitas sejak lahir yang mempunyai usaha pembuatan kaos. Mempunyai pengalaman yang menarik saat bencana, mengalami gempa di Bantul hampir semua rumah hancur, Bejo Joss mengatakan "sangat panik saat gempa di benaknya hanya bagaimana caranya melarikan diri dari bencana, bahkan sejak tsunami Aceh pintu rumah tidak dikunci selama 2 tahun karena merasa trauma akan gempa, tapi uniknya saat trauma hilang dan pintu rumah mulai dikunci gempa datang" Yang ada dipikiran Bejo Joss hanya lari dan keluar rumah, tidak memiliki pengetahuan bagaimana menghadapi bencana seperti gempa. 

Berapa Banyak Bencana Alam Terjadi di Indonesia

Indonesia termasuk negara rawan gempa karena dilalui jalur Cincin Api Pasifik. Indonesia juga telah mengalami gempa bumi yang lebih besar dari 6.0 magnitudo hampir setiap tahun sehingga menjadikannya salah satu negara paling rawan gempa di dunia. Drs. Pangarso Suryotomo / Bpk Papang (Direktur Direktorat Kesiapsiagaan BNPB) mengatakan bahwa “Bencana yang terjadi di Indonesia sudah cukup banyak sejak januari 2022 sampai 29 Nov 2022 3286 bencana, rata-rata 1 hari sekali ada 24 bencana gempa bumi, sisanya banjir, tanah longsor, cuaca ekstrim, karthula, gelombang abrasi dan lain-lain. 542 orang meninggal dunia. Indonesia menjadi 10 besar yang masyarakatnya meninggal karena bencana. Jumlah desa di Indonesia yang rawan bencana ada 56.000 dari 74.000 desa jadi ada sekitar 80% yang rawan bencana. Masyarakat harus paham wilayah kita ada ancaman bencana apa, ada resiko apa, memang yang terbesar bencana gempa karena ada 47.000 desa yang mengalami gempa” 


Penanganan bencana Bagi Disabilitas

Saat bencana datang biasanya orang akan panik terlebih dahulu, setelah itu baru mengambil tindakan. Bencana terjadi kala Kita tidak siap, artinya Kita harus siap setiap saat. Penanganan bencana tidak dibedakan baik non disabilitas dan disabilitas semua mempunyai hak yang sama. Sejak 2014 Pemerintah melalui BNPB mengeluarkan peraturan No. 14 Tahun 2014 bagaimana disabilitas mempunyai 3 hal seperti pertolongan, partisipasi, perlindungan. Para disabilitas juga berpartisipasi dalam membantu bencana alam melalui pemberitahuan data para disabilitas. Setiap bencana memiliki disabilitas baru, jadi tidak hanya disabiltas lama tapi disabilitas baru perlu di perhatikan setelah terkena bencana.

Mitigasi bencana cara penyelamatan sama baik disabilitas dan non disabilitas tidak ada perbedaan karena kebanyakan disabilitas tidak ingin dibedakan. Menurut penelitian di Jepang bahwa yang bisa menyelamatkan bencana adalah diri kita sendiri, keluarga, lingkungan sehingga BNPB mendirikan Desa Tanggap Bencana yang terlibat orang-orang desa yang tinggal di desa tersebut, dibentuklan relawan desa dan masyarakat yang diberikan peningkatan kapasitas dalam hal mitigasi bencana. Aplikasi inaRISK Personal adalah aplikasi yang berisikan informasi tingkat bahaya suatu wilayah dan dilengkapi dengan rekomendasi aksi untuk melakukan antisipasinya secara partisipatif. Aplikasi ini disusun bersama antara pemerintah dan pihak lain yang memiliki pengalaman dalam edukasi kebencanaan di Indonesia.

Setiap bencana tidak memilih tempat dan waktu, jadi sebelum terjadi bencana sebaiknya persiapkan diri dengan mempelajari cara menghadapi bencana alam. Edukasi bencana sangat penting baik untuk non disabilitas, OYPMK, dan disabilitas agar tidak ada lagi disabilitas baru karena terkena dampak bencana alam.


-love disabilitas-


Comments

Popular posts from this blog

Apartemen Apple 3 Condovilla Lebak Bulus Jakarta Selatan

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM MENDUKUNG THREE ENDS DI ERA TEKNOLOGI

Cara Mendapatkan Uang Dari Blog Ikuti 5 Langkah Ini